Dear Ka Dhira,
Dalam surat ini aku tidak akan bertanya kabarmu. Karena hampir setiap hari kita bertukar kabar. Ka, sepertinya kamu perlu tahu. Kamu adalah salah satu senior favorit aku di kampus. Kenapa? Karena kamu tidak seperti senior lainnya yang sering kita menyebutnya dengan sebutan "gila hormat".
Saat itu sore entah jam berapa, aku mendapati kamu cantik sekali dengan gaun putih tulang berlengan pendek, muka kamu sungguh berseri lebih indah dari mentari yang dilihat di atas bukit, sesekali kamu tertawa disela-sela senyummu. Kamu menghampiri ku, duduk di samping ku. Ah ka, baru kali ini aku lihat lagi muka kamu yang seperti ini. Hingga aku sulit memakai kata-kata apa lagi untuk menjelaskannya. Kamu menyodorkan secarik undangan biru muda, undangan yang banyak juga warna putihnya di pojok kanannya ada gambar bunganya entah bunga apa tapi warnanya indah. Aku ambil undangan biru muda itu. Aku terkejut membacanya. Ternyata undangan biru muda itu adalah undanganmu. Aku langsung membacanya, penasaran dengan siapa kamu menikah. Ternyata benar kamu akan menikah dengan seorang pria yang kamu cintai, aku pun ikut senang. Sedikit kesal dicampur rasa sebal sebab kenapa kamu sekarang tidak bercerita kepada ku. Biasanya hal kecil saja kamu ceritakan.
Kamu langsung pergi saat itu setelah memberikan aku undangan biru muda itu. Sambil terus tertawa disela-sela senyummu.
Semoga undangan biru muda darimu tidak hanya sekedar kamu berikan di dunia mimpiku. Karena aku ingin sekali melihatmu bahagia dengan terus tertawa disela-sela senyummu.
Dari juniormu,
Nirmala Hapsari
Dalam surat ini aku tidak akan bertanya kabarmu. Karena hampir setiap hari kita bertukar kabar. Ka, sepertinya kamu perlu tahu. Kamu adalah salah satu senior favorit aku di kampus. Kenapa? Karena kamu tidak seperti senior lainnya yang sering kita menyebutnya dengan sebutan "gila hormat".
Saat itu sore entah jam berapa, aku mendapati kamu cantik sekali dengan gaun putih tulang berlengan pendek, muka kamu sungguh berseri lebih indah dari mentari yang dilihat di atas bukit, sesekali kamu tertawa disela-sela senyummu. Kamu menghampiri ku, duduk di samping ku. Ah ka, baru kali ini aku lihat lagi muka kamu yang seperti ini. Hingga aku sulit memakai kata-kata apa lagi untuk menjelaskannya. Kamu menyodorkan secarik undangan biru muda, undangan yang banyak juga warna putihnya di pojok kanannya ada gambar bunganya entah bunga apa tapi warnanya indah. Aku ambil undangan biru muda itu. Aku terkejut membacanya. Ternyata undangan biru muda itu adalah undanganmu. Aku langsung membacanya, penasaran dengan siapa kamu menikah. Ternyata benar kamu akan menikah dengan seorang pria yang kamu cintai, aku pun ikut senang. Sedikit kesal dicampur rasa sebal sebab kenapa kamu sekarang tidak bercerita kepada ku. Biasanya hal kecil saja kamu ceritakan.
Kamu langsung pergi saat itu setelah memberikan aku undangan biru muda itu. Sambil terus tertawa disela-sela senyummu.
Semoga undangan biru muda darimu tidak hanya sekedar kamu berikan di dunia mimpiku. Karena aku ingin sekali melihatmu bahagia dengan terus tertawa disela-sela senyummu.
Dari juniormu,
Nirmala Hapsari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar