Nirmala
Selasa, 14 Oktober 2014
Selasa, 07 Oktober 2014
Sulung
Terimakasih untuk segala kelakuanmu, termasuk mengobrak-ngabrik koleksi bukuku
Terimakasih untuk segala imajinasimu, yang begitu liar dan selalu aku tertawakan
Terimakasih untuk mau menjadi rival ku di lapangan bulutangkis
Terimakasih untuk menemaniku makan bubur di sudut proyek kota
Terimakasih untuk selalu membuatku bangga
Terimakasih sudah ikhlas saat aku tiada
Rabu, 24 September 2014
Dari yang (mungkin) Tak Akan Menyerah
Menatap matamu, seperti melihat langit malam, ada teduh yang
menenangkan, ada gelap yg menakutkan, juga ada bintang-bintang yang
berkilauan, ada bulan yang menghangatkan atau seperti hal nya melihat
mentari terbit. menandai awalnya hari, bersiap dengan terang yang
menghampiri atau panas yang merajai. banyak arti yang bisa kutangkap
darimu karena kau seperti bintang-bintang tua diatas sana, butuh
perjalanan yang lama untuk sampai ada disini, ku lihat cahayanya, jiwamu
jiwa muda yang dewasa yang selalu membuatku bertanya tanya, karena kau
penuh kejutan, seperti mentari pagi dan langit malam.
Jangan pernah memintaku untuk melepasmu, karena aku tak akan menyerah
tentang kita, aku tak akan berhenti berusaha, mempertahankan hubungan
kita. meski langit malam menghitam, setidaknya masih ada bintang atau
bulan. meski kau muak padaku setidaknya masih ada perasaan dihatiku
untukmu. aku tak akan menyerah, demi mempertahankan hubungan kita.
Tak apa jika kau ingin menyendiri, menikmati duniamu sendiri untuk
sementara waktu, aku akan siap menunggumu, sampai kau mau kembali lagi.
pergilah menjelajahlah. temukan apa yang kau mau. tapi satu hal yang
harus kau ingat, kau tetap milik ku.
Karena kau adalah bintang. kau tahu bintang kan?? mereka kelihatan
kerdil, berkelip-kelip lucu. padahal mereka super besar, dan kerlipnya
adalah api. yang membakar. Bintang mungkin jatuh ke bumi. dari serpihan
yang jatuh itulah kita mengetahui, mereka datang dari jauh dan panas.
Aku tak khawatir, meski kau pergi kau adalah seseorang yang di takdirkan
Tuhan untukku. jadi, aku yakin kau pasti kembali. karena aku tak akan
menyerah untuk terus menggenggammu.
Aku tak ingin menjadi seseorang yang mudah melepaskan sesuatu yang
telah kumiliki. banyak sudah pengalaman di sekitar kita yang
mengajarkan. bahwa perpisahan sering tak berakhir dengan kebaikan. kita
punya akal, punya mata, kita punya telinga, kita punya rasa. banyak hal
yang diberikan Tuhan untuk kita gunakan dalam mempertahankan hubungan
kita. Tak jadi pasanganku pun kau tetaplah sahabatku. Aku akan melakukan
apapun, untuk menjadikan mu pasanganku. kan ku gunakan anugerah tuhan
yang ada untuk melakukan perubahan dalam hubugan kita. perubahan yang
lebih baik tentunya. dengan merendahkan hati, ku biarkan semua ini agar
hubungan kita tetap abadi. karena hanya kau yang membuat ku benar-benar
jatuh cinta.
Jika hal sepele aku melepasmu, apalah arti diriku. Aku akan tetap
terus berusaha, menggenggamu, memelukmu, merayumu. Apapun akan ku
lakukan, karena aku tahu masih ada perasaan dihatimu untuk ku. tak akan
ku sia-sia kan kenyataan itu. Tuhan tahu aku telah berusaha. dan layak
mendapat kan balas. Aku ingin dirimu lah balasan ku. :)
Saat ini aku mengerti, terkadang perasaan dapat mengubah seseorang. Dari yang tidak bisa menulis menjadi bisa menulis. Dari yang tak peduli menjadi sangat peduli. Bahkan dari yang belum mengenal puisi menjadi seorang penyair. Inilah yang aku tuliskan. Tanpa aku edit sedikit pun. Dari kamu, yang sebegitunya dalam menuangkan isi hati.
Kamis, 18 September 2014
Belum Datang Senja
Belum datang senja.
"Aku bukan khawatir karena penyakitku", katanya dengan suara yang pelan.
"Lalu kenapa?", jawabku.
"Aku khawatir kesehatan kamu, aku takut kamu lelah dan sakit mengurus aku di sini", katanya masih dengan suara yang pelan.
Keadaan hening dan mengharukan, aku tahu ia sangat menyangiku bahkan sampai ia lebih mengkhawatirkan aku daripada penyakitnya sendiri.
Dari bayang-bayang jendela di kamar rumat sakit jelas aku melihat keadaan belum gelap dan ia pun terlelap.
Selamat tidur untuk selamanya imam yang bijaksana.
"Kisah untuk papa yang begitu cinta pada mama"
"Masih terus mendoakan yang sebulan ini telah pergi"
Ï LOVE YOU , PAPA :-)
Aku duduk disudut ruang di salah satu rumah sakit swasta yang tak jauh dari rumahku.
Saat itu aku hanya bisa nikmati pemandangan yang menurutku tidak menyenangkan.
Aku selalu ingin bersama suamiku yang sedang lemah dan melawan penyakitnya.
Aku tahu,suamiku adalah orang yang sangat kuat, bahkan disaat-saat seperti ini ia masih saja tidak banyak mengeluh.
Aku mengusap kepalanya lalu matanya terbuka dan terus memandangiku seakan-akan ia sedih dan haru, bukan karena pilu dengan sakit yang dideritanya tiga bulan terakhir ini tetapi karena ia merasa takut aku lelah mengurusinya. Padahal sudah menjadi tanggung jawabku untuk melayani dan mengurusinya. Masih jelas ingatanku tentang percakapan, yang ah mungkin tak akan pernah aku lupa.
"Lalu kenapa?", jawabku.
"Aku khawatir kesehatan kamu, aku takut kamu lelah dan sakit mengurus aku di sini", katanya masih dengan suara yang pelan.
Keadaan hening dan mengharukan, aku tahu ia sangat menyangiku bahkan sampai ia lebih mengkhawatirkan aku daripada penyakitnya sendiri.
Dari bayang-bayang jendela di kamar rumat sakit jelas aku melihat keadaan belum gelap dan ia pun terlelap.
Selamat tidur untuk selamanya imam yang bijaksana.
"Kisah untuk papa yang begitu cinta pada mama"
"Masih terus mendoakan yang sebulan ini telah pergi"
Ï LOVE YOU , PAPA :-)
Minggu, 24 Agustus 2014
Ruang Tamu
Aku tak pernah sekali pun menciptakan sepi
Sepi datang sendiri ke rumahku
Awalnya ia mengetuk pintu rumahku
Tok Tok Tok
Aku tak membukakan pintu rumahku
Tapi ia masuk dengan perlaha-lahan
Menuju ruang tamu ku
Ia duduk sambil memandangi sesososk pria yang sudah terbujur kaku
Seorang pria yang sudah tidak bernyawa lagi
Hanya jasadnya saja di ruang tamu itu
Lalu sepi mencoba bersahabat dengan ku
Ia mengusap air mata ku
Rasanya ia mengerti arti kehilangan
Atau mungkin ia memang sengaja datang
Datang disaat orang merasa kehilangan
Ah Sepi
Senja telah menunjukan jingganya
Tapi sepi belum juga pergi
Sepi masih belum beranjak dari ruang tamu ku
Walau sesosok pria itu telah ramai-ramai dimasukan ke dalam
bumi
Just for My Hero (My Papa)
Mengalir deras rindu ini di hari ke tujuh setelah kepergiannya :)
Sepi datang sendiri ke rumahku
Awalnya ia mengetuk pintu rumahku
Tok Tok Tok
Aku tak membukakan pintu rumahku
Tapi ia masuk dengan perlaha-lahan
Menuju ruang tamu ku
Ia duduk sambil memandangi sesososk pria yang sudah terbujur kaku
Seorang pria yang sudah tidak bernyawa lagi
Hanya jasadnya saja di ruang tamu itu
Lalu sepi mencoba bersahabat dengan ku
Ia mengusap air mata ku
Rasanya ia mengerti arti kehilangan
Atau mungkin ia memang sengaja datang
Datang disaat orang merasa kehilangan
Ah Sepi
Senja telah menunjukan jingganya
Tapi sepi belum juga pergi
Sepi masih belum beranjak dari ruang tamu ku
Walau sesosok pria itu telah ramai-ramai dimasukan ke dalam
bumi
Just for My Hero (My Papa)
Mengalir deras rindu ini di hari ke tujuh setelah kepergiannya :)
Sabtu, 12 Juli 2014
I love going out of my way
― Rebecca Solnit, A Field Guide to Getting Lost
Hello !!!!!
Hello to the few folks who may be checking this blog regularly,
Sorry for the month-long absence of new posts...I still have a treasure trove of sounds to share with the world (including quite a few from my most recent trip to your heart #halaah), but have been in a bit of a lazy slump recently. I've got work off and plan to spend the day loading up a bunch of posts of great music and photos.
thanks
Sorry for the month-long absence of new posts...I still have a treasure trove of sounds to share with the world (including quite a few from my most recent trip to your heart #halaah), but have been in a bit of a lazy slump recently. I've got work off and plan to spend the day loading up a bunch of posts of great music and photos.
thanks
Minggu, 02 Maret 2014
Hari Ke-30 30 Hari Menulis Surat Cinta 'COBRA'
Gue bingung mau nulis apa untuk kalian. Kalian semua itu bukan sekedar teman, sahabat, atau musuh kalian adalah saudara.
Hari ini dimana kita masih bisa berkumpul. Menceritakan apa saja, menertawakan banyak hal.
Menikmati bintang hingga bintang pun lelah dan berlibdung di atas lembutnya awan. Siang hingga malam kita habiskan hari ini dengan kebersamaan.
Semoga kelak apa yang kita tertawakan masih bisa kita tertawakan dilain kesempatan.
Thanks yaa COBRA !!!
Keep Calm and tertawalah !!!
Dari,
Nirmala
Hari ini dimana kita masih bisa berkumpul. Menceritakan apa saja, menertawakan banyak hal.
Menikmati bintang hingga bintang pun lelah dan berlibdung di atas lembutnya awan. Siang hingga malam kita habiskan hari ini dengan kebersamaan.
Semoga kelak apa yang kita tertawakan masih bisa kita tertawakan dilain kesempatan.
Thanks yaa COBRA !!!
Keep Calm and tertawalah !!!
Dari,
Nirmala
Sabtu, 01 Maret 2014
Hari Ke-29 30 Hari Menulis Surat Cinta - Memilih
Jika ada
Matahari
Bulan
Bintang
Daun
Hujan
Malam
Rindu
Dan....
Senja
Aku akan memilih 'Senja'
Dari seseorang yang tak punya pilihan
Matahari
Bulan
Bintang
Daun
Hujan
Malam
Rindu
Dan....
Senja
Aku akan memilih 'Senja'
Dari seseorang yang tak punya pilihan
Kamis, 27 Februari 2014
Hari Ke-28 30 Hari Menulis Surat Cinta - Mencari Jalan
Apa yang aku cari hari ini dan seterusnya?
Jika aku adalah air aku akan mencari jalan untuk mengalir
Apa yang aku cari hari ini dan seterusnya?
Jika aku adalah matahari aku akan mencari awan untuk menghalangiku ketika ku bersedih
Apa yang aku cari hari ini dan seterusnya?
Jika aku adalah perahu kayu aku akan mencari aliran yang konstan dan tak liar arusnya
Apa yang aku cari hari ini dan seterusnya?
Jika aku adalah bunga aku akan memberikan warna setiap harinya
Apa yang aku cari hari ini dan seterusnya?
Jika aku adalah kekasihmu aku tak akan mencari lagi
Dari seorang pencari usang
Jika aku adalah air aku akan mencari jalan untuk mengalir
Apa yang aku cari hari ini dan seterusnya?
Jika aku adalah matahari aku akan mencari awan untuk menghalangiku ketika ku bersedih
Apa yang aku cari hari ini dan seterusnya?
Jika aku adalah perahu kayu aku akan mencari aliran yang konstan dan tak liar arusnya
Apa yang aku cari hari ini dan seterusnya?
Jika aku adalah bunga aku akan memberikan warna setiap harinya
Apa yang aku cari hari ini dan seterusnya?
Jika aku adalah kekasihmu aku tak akan mencari lagi
Dari seorang pencari usang
Hari Ke-27 30 Hari Menulis Surat Cinta - Yang Masih Dirahasiakan
Kepada Yang Terhormat Calon Imamku (yang masih dirahasiakan),
Jika aku salah dan masih belum pantas menjadi yang kamu
harapkan aku akan bersabar dengan terus memperbaiki diri. Namun aku tau, aku
hanya manusia yang tak luput dari dosa dan jauh dari sempurna.
Kelak nanti kau ada, menjadi yang berdiri di depanku dengan
memulai takbir dan diakhiri dengan salam, mengajariku membaca Al-Qurán.
Berusaha menjaga jalinan keluarga yang harmonis tak usah romantis karena ku
hanya ingin Ridho dari-Nya.
Tak perlu sempurna, yang aku perlu adalah sebuah rasa
darimu, tak perlu tampan karena yang aku butuhkan hanya kesetiaan.
Kelak nanti kau ada, menjadi yang setiap hari selalu ada di
dalam pagiku. Memberi warna dalam kanvas hidupku. Akan aku jaga untuk
selamanya.
Dari aku yang menantimu,
Calon istrimu (masih dalam masa memperbaiki diri)
Rabu, 26 Februari 2014
Hari Ke-26 30 Hari Menulis Surat Cinta - Dear #30HariMenulisSuratCinta
Dear #30HariMenulisSuratCinta,
Hari ke-26 ini aku ingin menulis untuk suatu misi yang aku jalankan selama tiga puluh hari terakhir ini. Meski belum genap tiga puluh hari aku menulis surat tapi mungkin lewat surat ini bisa aku ceritakan apa-apa yang aku rasakan selama menulis surat. Awalnya aku mengunjungi sebuah blog dan di blog itu aku membaca sebuah surat yang bloggernya buat untuk ibu nya yang telah tiada. Surat yang amat dalam makna dan kata-katanya. Lalu pada awal tahun ini aku mendapatkan informasi sendiri hasil dari keisenganku membuka situs-situs dan akun orang lain yang orang menyebutnya 'selebtweet'. Dari situ aku daftar sebagai salah satu orang yang akan rutin menulis surat cinta selama tiga puluh hari.
Banyak yang bertanya kenapa aku menulis surat selama itu dan apa tidak buntu suratnya akan ditujukan pada siapa. Terus terang aku sering buntu dan kehabisan ide untuk siapa surat yang akan aku buat. Tapi ide-ide 'gila' ku mucul entah dari mana. Bahkan saat sekarang aku sedang kerja di temani dokumen-dokumen yang menumpuk, tugas yang jauh dari kata selesai, dan tak ada udara atau bau tanah yang menyelinap lewat jendela yang amat ku suka.
Lewat #30HariMenulisSuratCinta ini aku bisa ungkapkan rasa setiap harinya lewat tulisan yang sederhana, kalimat yang tidak rapih bahkan dengan kata yang berceceran entah kemana. Aku senang bisa terlibat di #30HariMenulisSuratCinta ini. Ada beberapa orang yang tertawa ketika membaca surat dari ku, ada juga yang menangis . Ah tak penting akan dimuat di web poscinta.com atau tidak, yang lebih penting adalah pesan yang ingin aku sampaikan diterima dengan baik.
Dengan #30HariMenulisSuratCinta ini aku belajar konsisten, setidaknya konsisten untuk menulis setiap harinya. Tapi ada beberapa surat yang masih aku simpan, bukan karena aku tak ingin menyampaikannya kepada orang itu, hanya karena aku tak lihai menyusun kata menjadi kalimat untuk mengungkapkan dan menjadikan makna berharga dari yang aku rasa. Hampir setiap hari ada saja yang follow ke akun @tulipsenja ku, entah karena aku ikut #30HariMenulisSuratCinta atau bukan.
Terimakasih untuk #30HariMenulisSuratCinta, aku harap aku bisa ikut juga di tahun depan. Sebab kreativitas tanpa batas telah menjadikan rutinitas.
Dari aku yang ikut #30HariMenulisSuratCinta
Hari ke-26 ini aku ingin menulis untuk suatu misi yang aku jalankan selama tiga puluh hari terakhir ini. Meski belum genap tiga puluh hari aku menulis surat tapi mungkin lewat surat ini bisa aku ceritakan apa-apa yang aku rasakan selama menulis surat. Awalnya aku mengunjungi sebuah blog dan di blog itu aku membaca sebuah surat yang bloggernya buat untuk ibu nya yang telah tiada. Surat yang amat dalam makna dan kata-katanya. Lalu pada awal tahun ini aku mendapatkan informasi sendiri hasil dari keisenganku membuka situs-situs dan akun orang lain yang orang menyebutnya 'selebtweet'. Dari situ aku daftar sebagai salah satu orang yang akan rutin menulis surat cinta selama tiga puluh hari.
Banyak yang bertanya kenapa aku menulis surat selama itu dan apa tidak buntu suratnya akan ditujukan pada siapa. Terus terang aku sering buntu dan kehabisan ide untuk siapa surat yang akan aku buat. Tapi ide-ide 'gila' ku mucul entah dari mana. Bahkan saat sekarang aku sedang kerja di temani dokumen-dokumen yang menumpuk, tugas yang jauh dari kata selesai, dan tak ada udara atau bau tanah yang menyelinap lewat jendela yang amat ku suka.
Lewat #30HariMenulisSuratCinta ini aku bisa ungkapkan rasa setiap harinya lewat tulisan yang sederhana, kalimat yang tidak rapih bahkan dengan kata yang berceceran entah kemana. Aku senang bisa terlibat di #30HariMenulisSuratCinta ini. Ada beberapa orang yang tertawa ketika membaca surat dari ku, ada juga yang menangis . Ah tak penting akan dimuat di web poscinta.com atau tidak, yang lebih penting adalah pesan yang ingin aku sampaikan diterima dengan baik.
Dengan #30HariMenulisSuratCinta ini aku belajar konsisten, setidaknya konsisten untuk menulis setiap harinya. Tapi ada beberapa surat yang masih aku simpan, bukan karena aku tak ingin menyampaikannya kepada orang itu, hanya karena aku tak lihai menyusun kata menjadi kalimat untuk mengungkapkan dan menjadikan makna berharga dari yang aku rasa. Hampir setiap hari ada saja yang follow ke akun @tulipsenja ku, entah karena aku ikut #30HariMenulisSuratCinta atau bukan.
Terimakasih untuk #30HariMenulisSuratCinta, aku harap aku bisa ikut juga di tahun depan. Sebab kreativitas tanpa batas telah menjadikan rutinitas.
Dari aku yang ikut #30HariMenulisSuratCinta
Selasa, 25 Februari 2014
Hari Ke-25 30 Hari Menulis Surat Cinta - Untuk @penakecil
Sore Pena Kecil,
Hari Selasa ini aku di wajibkan menulis dengan surat
bertema. Temanya untuk seseorang yang ikut juga menulis 30 Hari Menulis Surat
Cinta. Surat ini tidak romantis seperti surat-surat yang kamu dapat dari
seseorang. Ah aku so tau ya.
Ini bukan surat cinta ya, tapi lewat surat ini aku mau
bilang terimakasih. Pasti kamu akan bertanya terimakasih untuk apa tulipsenja?
Ok penakecil, aku mau berterimakasih karena kamu sudah meresponku dan mau
mengajakku ke dalam suatu perkumpulan yang kamu bilang ketje (Malam Puisi
Bekasi). Semoga aku dan kamu selalu menyatu ya dalam wadah itu. Senang bisa
kenal denganmu. Terutama pipimu yang mudah-mudahan tidak semakin besar.
Segini dulu ya penakecil. Aku bingung mau nulis apa lagi. Karena
hanya itu yang bisa aku sampaikan di tengah-tengah kesibukan ku di sore ini.Mungkin ini surat terpendek yang pernah kamu dapat. Ah aku so tau lagi kan.
Sekian dan terima jodoh
Tulipsenja
Minggu, 23 Februari 2014
Hari Ke-24 30 Hari Menulis Surat Cinta - Kepada Sebuah Tanda Tanya
Kepada sebuah tanda tanya,
Aku seakan menjadi pantomim yang tak memerlukan kata untuk
sekedar mengungkapkan rasa. Aku enggan holistik dan dihasut oleh sebuah tanda tanya.
Bermakam rasa kesengsaraan dan penghianatan.
Tak perlu berlari untuk sekedar bermimpi. Tak perlu mencari untuk sekedar memuji.
Tak perlu berlari untuk sekedar bermimpi. Tak perlu mencari untuk sekedar memuji.
Naluri berkata, asa menguak, tabir hidup kian jauh dari
sebuah tanda tanya. Tumpukan rindu semakin layu, terbakar waktu. Aku tak butuh
sebuah tanda tanya. Aku tidak ingin bertanya. Aku sudah dapat menyimpulkannya
sendiri, tidak dengan kata pun dengan kalimat panjang bermakna ganda.
Aku tak perlu menghapus kau, sebuah tanda tanya. Karena
sekarang sebuah tanda tanya tak pernah ada. Seakan mendapatkan jawaban sebelum
aku butuh tanda tanya. Jika kau tak percaya, lihat surat ini tidak ada sebuah
tanda tanya. Aku bukan benci hanya saja aku tidak butuh. Tidak butuh sebuah
tanda tanya untuk menunggu sebuah jawaban nantinya.
Dari aku yang tak butuh sebuah tanda tanya
Hari Ke-23 30 Hari Menulis Surat Cinta - P9B Kp.Rambutan-Bekasi Barat
Tadi malam aku melewati jalan yang selama tiga tahun ku lewati, sekarang sudah jarang aku lewati karena waktuku menimba ilmu di kampus itu sudah selesai. Ketika aku menoleh ke arah kanan ada bis bercat hijau dengan tulisan Kp.Rambutan-Bekasi Barat. Sudah jarang aku menaikimu, P9B. Bis yang akrab denganku, bahkan semua elemen di dalamnya menyenangkan dan membuat nyaman ketika aku berada di dalamnya.
Tidak sedikit kenangan ku lewati bersama P9B. Hampir setiap pagi aku tergesa-gesa, berlarian hanya mengejarmu. Telat sedikit saja aku harus menunggumu lima belas menit kemudian. Ah menunggu, perihal hidup yang katanya hanya untuk menunggu. Ini bukan masalah menunggu, ini masalah kehadiranku tepat waktu atau tidak hadir di kelas atau bahkan di lab jika ada praktikum.
Pagi, aku ingat betul jam berapa saja P9B itu melintas di jalan tempatku menunggu. Selang waktu lima belas menit jika hari biasa dan setengah jam untuk sabtu minggu. Hampir semua supir aku hafal wajahnya, aku sempat sedikit berpikir mungkin mereka juga tidak asing lagi dengan wajahku. Ah aku terlalu pemikir sepertinya, hal sepele saja aku pikirkan. Tapi entah mengapa menjadi seorang yang suka berpikir itu menyenangkan.
Suatu hari aku duduk di bangku P9B kali ini aku akan berangkat menuju kampus. Melewati gerbang tol Bekasi Barat, padatnya jalan tol dan selalu sama aku lebih memilih duduk di samping jendela bis. Kenapa? Udara yang keluar dari ventilasi itu seakan membuat aku menjadi seseorang yang bahagia karena adanya sapaan dari angin. Ternyata ketika bis akan masuk ke pintu tol Cikunir bis malah dialihkan oleh aparat berbaju cokelat untuk lurus dan mengambil arah ke Cawang. Ah ini makin lama untuk sampai tempat tujuanku. Jalan yang besar tak mampu lagi menampung banyaknya kendaraan. Akibatnya macet dan banyak yang mengeluh. Seharusnya aku sudah sampai jam tujuh pagi di tempat biasa, tapi ini aku baru sampai jam setengah sembilan. Tapi senyuman seseorang yang telah menungguku satu setengah jam lebih membuatku tenang. Aku masih ingat ketika pagi itu. Orang yang menunggu melukis senyum di wajahnya yang saat itu sangat aku nikmati.
Masih tentang pagi, ah tidak akan habis sampai kapan pun bercerita tentang pagi. Pagi itu aku duduk di P9B, agak penuh sesak bahkan bernafas saja sulit. Aku menilhat seorang perempuan berkerudung srpertinya sama seperti aku naik bis untuk pergi ke kampus. Tapi setelah beberapa lama ia jatuh pingsan, tangannya tak bisa lagi menahan badannya yang sudah lama berdiri di bis. Iya, perempuan itu jatuh. Mungkin belum sarapan atau sengaja tidak makan karena depresi habis putus cinta.
Kali ini tentang sore, aku pulang ke rumah menggunakan bis P9B. Selalu suka dengan lagu-lagu yang dibawakan oleh pengamen-pengamen di dalam bis P9B. Bahkan beberapa dari mereka sering memberi tahu aku jika bis tiba sambil bilang "tuh bis nya sudah datang yang mau ke Rawa Panjang". Saat itu tidak ada yang special. Bis keluar tol Bekasi Barat tapi ketika lampu merah bia malah menyerobot dan orang akan turun pun marah karena terlewat. Supir bis menghindari polisi yang mengejarnya, penumpang yang ingin turun marah-marah berteriak ingin turun. Akhirnya keributan pun terjadi. Suasana semakin panas. Bis telah berhenti di lampu merah Pekayon. Supir bis dipukili beberapa orang penumpang yang ingin turun di lampu merah sebelumnya. Salah satu penumpang keluar dan masuk lagi, membawa batu bata dan menghantam supir bis itu, tak lama kemudian polisi datang untuk membicarakan masalah di lampu merah sebelumnya. Aku tak mengerti kenapa bisa serunyam ini. Tapi untuk tidak mau ikut campur aku langsung pergi dan melanjutkan perjalanan pulang.
Untuk P9B yang tiga tahun aku naiki tanpa adanya kenaikan tarif aku merasakan nyaman ketika berada di dalamnya, tertidur pulas, aku juga pernah menangis dan mungkin jika P9B bisa bicara akan bertanya kenapa aku menangis di tengah ramainya orang yang kelelahan setelah beraktivitas. Semalam aku melihat P9B dan memutar memori ku. Sejenak aku menoleh dan aku tau kini kau semakin tua. Hingga kau tak lagi menerobos kenangan yang jumlahnya jutaan.
Dari penumpangmu,
Nirmala Hapsari
Masih tentang pagi, ah tidak akan habis sampai kapan pun bercerita tentang pagi. Pagi itu aku duduk di P9B, agak penuh sesak bahkan bernafas saja sulit. Aku menilhat seorang perempuan berkerudung srpertinya sama seperti aku naik bis untuk pergi ke kampus. Tapi setelah beberapa lama ia jatuh pingsan, tangannya tak bisa lagi menahan badannya yang sudah lama berdiri di bis. Iya, perempuan itu jatuh. Mungkin belum sarapan atau sengaja tidak makan karena depresi habis putus cinta.
Kali ini tentang sore, aku pulang ke rumah menggunakan bis P9B. Selalu suka dengan lagu-lagu yang dibawakan oleh pengamen-pengamen di dalam bis P9B. Bahkan beberapa dari mereka sering memberi tahu aku jika bis tiba sambil bilang "tuh bis nya sudah datang yang mau ke Rawa Panjang". Saat itu tidak ada yang special. Bis keluar tol Bekasi Barat tapi ketika lampu merah bia malah menyerobot dan orang akan turun pun marah karena terlewat. Supir bis menghindari polisi yang mengejarnya, penumpang yang ingin turun marah-marah berteriak ingin turun. Akhirnya keributan pun terjadi. Suasana semakin panas. Bis telah berhenti di lampu merah Pekayon. Supir bis dipukili beberapa orang penumpang yang ingin turun di lampu merah sebelumnya. Salah satu penumpang keluar dan masuk lagi, membawa batu bata dan menghantam supir bis itu, tak lama kemudian polisi datang untuk membicarakan masalah di lampu merah sebelumnya. Aku tak mengerti kenapa bisa serunyam ini. Tapi untuk tidak mau ikut campur aku langsung pergi dan melanjutkan perjalanan pulang.
Untuk P9B yang tiga tahun aku naiki tanpa adanya kenaikan tarif aku merasakan nyaman ketika berada di dalamnya, tertidur pulas, aku juga pernah menangis dan mungkin jika P9B bisa bicara akan bertanya kenapa aku menangis di tengah ramainya orang yang kelelahan setelah beraktivitas. Semalam aku melihat P9B dan memutar memori ku. Sejenak aku menoleh dan aku tau kini kau semakin tua. Hingga kau tak lagi menerobos kenangan yang jumlahnya jutaan.
Dari penumpangmu,
Nirmala Hapsari
Jumat, 21 Februari 2014
Hari Ke-22 30 Hari Menulis Surat Cinta - Undangan Biru Muda
Dear Ka Dhira,
Dalam surat ini aku tidak akan bertanya kabarmu. Karena hampir setiap hari kita bertukar kabar. Ka, sepertinya kamu perlu tahu. Kamu adalah salah satu senior favorit aku di kampus. Kenapa? Karena kamu tidak seperti senior lainnya yang sering kita menyebutnya dengan sebutan "gila hormat".
Saat itu sore entah jam berapa, aku mendapati kamu cantik sekali dengan gaun putih tulang berlengan pendek, muka kamu sungguh berseri lebih indah dari mentari yang dilihat di atas bukit, sesekali kamu tertawa disela-sela senyummu. Kamu menghampiri ku, duduk di samping ku. Ah ka, baru kali ini aku lihat lagi muka kamu yang seperti ini. Hingga aku sulit memakai kata-kata apa lagi untuk menjelaskannya. Kamu menyodorkan secarik undangan biru muda, undangan yang banyak juga warna putihnya di pojok kanannya ada gambar bunganya entah bunga apa tapi warnanya indah. Aku ambil undangan biru muda itu. Aku terkejut membacanya. Ternyata undangan biru muda itu adalah undanganmu. Aku langsung membacanya, penasaran dengan siapa kamu menikah. Ternyata benar kamu akan menikah dengan seorang pria yang kamu cintai, aku pun ikut senang. Sedikit kesal dicampur rasa sebal sebab kenapa kamu sekarang tidak bercerita kepada ku. Biasanya hal kecil saja kamu ceritakan.
Kamu langsung pergi saat itu setelah memberikan aku undangan biru muda itu. Sambil terus tertawa disela-sela senyummu.
Semoga undangan biru muda darimu tidak hanya sekedar kamu berikan di dunia mimpiku. Karena aku ingin sekali melihatmu bahagia dengan terus tertawa disela-sela senyummu.
Dari juniormu,
Nirmala Hapsari
Dalam surat ini aku tidak akan bertanya kabarmu. Karena hampir setiap hari kita bertukar kabar. Ka, sepertinya kamu perlu tahu. Kamu adalah salah satu senior favorit aku di kampus. Kenapa? Karena kamu tidak seperti senior lainnya yang sering kita menyebutnya dengan sebutan "gila hormat".
Saat itu sore entah jam berapa, aku mendapati kamu cantik sekali dengan gaun putih tulang berlengan pendek, muka kamu sungguh berseri lebih indah dari mentari yang dilihat di atas bukit, sesekali kamu tertawa disela-sela senyummu. Kamu menghampiri ku, duduk di samping ku. Ah ka, baru kali ini aku lihat lagi muka kamu yang seperti ini. Hingga aku sulit memakai kata-kata apa lagi untuk menjelaskannya. Kamu menyodorkan secarik undangan biru muda, undangan yang banyak juga warna putihnya di pojok kanannya ada gambar bunganya entah bunga apa tapi warnanya indah. Aku ambil undangan biru muda itu. Aku terkejut membacanya. Ternyata undangan biru muda itu adalah undanganmu. Aku langsung membacanya, penasaran dengan siapa kamu menikah. Ternyata benar kamu akan menikah dengan seorang pria yang kamu cintai, aku pun ikut senang. Sedikit kesal dicampur rasa sebal sebab kenapa kamu sekarang tidak bercerita kepada ku. Biasanya hal kecil saja kamu ceritakan.
Kamu langsung pergi saat itu setelah memberikan aku undangan biru muda itu. Sambil terus tertawa disela-sela senyummu.
Semoga undangan biru muda darimu tidak hanya sekedar kamu berikan di dunia mimpiku. Karena aku ingin sekali melihatmu bahagia dengan terus tertawa disela-sela senyummu.
Dari juniormu,
Nirmala Hapsari
Kamis, 20 Februari 2014
Hari Ke-21 30 Hari Menulis Surat Cinta - Hari Pertama
Kutuliskan surat ini ditemani angin, genangan air, daun yang sesekali senyentuhku lembut. Hanya sendiri menunggu di tempat yang baru.
Termenung, menanti yang pasti.
Hari pertama yang selalu berkesan.
Hari pertama yang membuat penasaran.
Hari pertama dengan semangat penuh perjuangan.
Salam sukses untuk hari pertama
Hari Ke-20 30 Hari Menulis Surat Cinta - Selembar Kertas
Untuk semua yang membaca surat ini termasuk aku
Siang ini, matahari bekerja sangat keras. Sinarnya membuat
suhu di ruangan ini naik. Pendingin ruangan pun ikut bekerja keras untuk
membuat suatu ruangan sejuk. Siang yang biasa, yang membedakan hanyalah tema
obrolan siang ini. Membicarakan tentang suatu pekerjaan yang katanya “Jika bekerja
bagus tidak dilhat atau tidak juga diberikan penghargaan tapi jika terjadi
kesalahan dalam bekerja langsung tercemar buruknya.
Seketika mengilustrasikan tentang kejadian atau kehidupan
sehari-hari yang telah dialami. Tentang bagaimana seseorang melihat, menilai
dan memandang orang lain begitupun sebaliknya. Bahwa tidak sedikit dari manusia
di muka bumi ini yang sadar atau tidak sadar telah melihat, menilai dan memandang lebih jelas titik hitam di selembar
kertas putih daripada warna putih di kertas tersebut.
Aku bukan manusia yang selalu memandang kertas putih itu
dengan melihat, menilai dan memandang lebih jelas warna putihnya. Untuk itu aku
tujukan surat ini untuk semua yang membaca surat ini termasuk diriku sendiri.
Apakah kamu melihat, menilai dan memandang lebih jelas warna
putih atau titik hitam di selembar kertas putih itu?
Hanya itu surat sederhana dariku yang masih mencoba memandang kertas putih itu dengan melihat,
menilai dan memandang lebih jelas warna putih.
Dari,
Seorang perempuan biasa
Selasa, 18 Februari 2014
Hari Ke-19 30 Hari Menulis Surat Cinta - (Mantan) Ketua Kelas 3.8
Dear
Mantan Ketua Kelas 3.8,
Apa
kabar mantan ketua kelas 3.8 (SMP 2 Bekasi) ? Semoga senantiasa diberikan keberkahan
disela-sela kehidupan anda yang jomblo dan rutinitas yang sangat padat. Bagaimana
dengan pekerjaan anda sekarang? Rasanya sudah lama sekali kita tidak berjumpa
atau sekedar berdiskusi.
Saya
selalu kenang saat anda mengajak saya untuk datang ke acara di kampus anda, beruntungnya
jarak antara kampus anda dan kampus saya tidak begitu jauh, masih satu kota dan
satu provinsi. Terimakasih banyak karena pada saat itu saya amat bahagia. Anda
juga pasti masih ingat acara itu, saya kurang tahu pasti tema acaranya apa,
yang saya selalu ingat adalah bintang tamunya yaitu Maliq and d`essentials dan
anda tahu juga saya sangat suka dengan grup musik tersebut. Pada acara tersebut
saya juga ingat ketika saya baru saja sampai, anda meninggalkan saya. Ah
ternyata anda tergesa-gesa karena ingin naik ke panggung. Ternyata anda adalah
pemenang pada lomba barcode, selamat
ya. Sempat terlintas di benak saya maksud anda menjemput dan mengajak saya ke
acara tersebut apakah untuk pamer bahwasanya anda pemenang lomb a tersebut. Ah
tapi saya tahu betul anda bukan tipe orang yang suka pamer seperti itu. Sekali lagi terimakasih banyak telah mengajak
saya ke acara yang sungguh menyenangkan, saya puas karena grup musik tersebut
membawakan lebih dari sepuluh lagu.
Saya
tahu juga, ketika membaca surat ini anda pasti senang, tersenyum bahkan
loncat-locatan. Satu tahun saya bekerja sama dengan anda sebagai sekretaris
anda pastinya suatu kesempatan besar untuk saya. Saya hanya menginformasikan
saya, taku-takut anda lupa dengan nama wali kelas 3.8 yaitu Ibu Nurul Badriati.
Sekian surat dari saya. Terimakasih sudah membaca dan saya rasa tidak perlu
dibalas.
Dari
Mantan Sekretaris 3.8
Langganan:
Komentar (Atom)
