Belum datang senja.
"Aku bukan khawatir karena penyakitku", katanya dengan suara yang pelan.
"Lalu kenapa?", jawabku.
"Aku khawatir kesehatan kamu, aku takut kamu lelah dan sakit mengurus aku di sini", katanya masih dengan suara yang pelan.
Keadaan hening dan mengharukan, aku tahu ia sangat menyangiku bahkan sampai ia lebih mengkhawatirkan aku daripada penyakitnya sendiri.
Dari bayang-bayang jendela di kamar rumat sakit jelas aku melihat keadaan belum gelap dan ia pun terlelap.
Selamat tidur untuk selamanya imam yang bijaksana.
"Kisah untuk papa yang begitu cinta pada mama"
"Masih terus mendoakan yang sebulan ini telah pergi"
Ï LOVE YOU , PAPA :-)
Aku duduk disudut ruang di salah satu rumah sakit swasta yang tak jauh dari rumahku.
Saat itu aku hanya bisa nikmati pemandangan yang menurutku tidak menyenangkan.
Aku selalu ingin bersama suamiku yang sedang lemah dan melawan penyakitnya.
Aku tahu,suamiku adalah orang yang sangat kuat, bahkan disaat-saat seperti ini ia masih saja tidak banyak mengeluh.
Aku mengusap kepalanya lalu matanya terbuka dan terus memandangiku seakan-akan ia sedih dan haru, bukan karena pilu dengan sakit yang dideritanya tiga bulan terakhir ini tetapi karena ia merasa takut aku lelah mengurusinya. Padahal sudah menjadi tanggung jawabku untuk melayani dan mengurusinya. Masih jelas ingatanku tentang percakapan, yang ah mungkin tak akan pernah aku lupa.
"Lalu kenapa?", jawabku.
"Aku khawatir kesehatan kamu, aku takut kamu lelah dan sakit mengurus aku di sini", katanya masih dengan suara yang pelan.
Keadaan hening dan mengharukan, aku tahu ia sangat menyangiku bahkan sampai ia lebih mengkhawatirkan aku daripada penyakitnya sendiri.
Dari bayang-bayang jendela di kamar rumat sakit jelas aku melihat keadaan belum gelap dan ia pun terlelap.
Selamat tidur untuk selamanya imam yang bijaksana.
"Kisah untuk papa yang begitu cinta pada mama"
"Masih terus mendoakan yang sebulan ini telah pergi"
Ï LOVE YOU , PAPA :-)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar