Nirmala

Rabu, 24 September 2014

Dari yang (mungkin) Tak Akan Menyerah

Menatap matamu, seperti melihat langit malam, ada teduh yang menenangkan, ada gelap yg menakutkan, juga ada bintang-bintang yang berkilauan, ada bulan yang menghangatkan atau seperti hal nya melihat mentari terbit. menandai awalnya hari, bersiap dengan terang yang menghampiri atau panas yang merajai. banyak arti yang bisa kutangkap darimu karena kau seperti bintang-bintang tua diatas sana, butuh perjalanan yang lama untuk sampai ada disini, ku lihat cahayanya, jiwamu jiwa muda yang dewasa yang selalu membuatku bertanya tanya, karena kau penuh kejutan, seperti mentari pagi dan langit malam.

Jangan pernah memintaku untuk melepasmu, karena aku tak akan menyerah tentang kita, aku tak akan berhenti berusaha, mempertahankan hubungan kita. meski langit malam menghitam, setidaknya masih ada bintang atau bulan. meski kau muak padaku setidaknya masih ada perasaan dihatiku untukmu. aku tak akan menyerah, demi mempertahankan hubungan kita.

Tak apa jika kau ingin menyendiri, menikmati duniamu sendiri untuk sementara waktu, aku akan siap menunggumu, sampai kau mau kembali lagi. pergilah menjelajahlah. temukan apa yang kau mau. tapi satu hal yang harus kau ingat, kau tetap milik ku.

Karena kau adalah bintang. kau tahu bintang kan?? mereka kelihatan kerdil, berkelip-kelip lucu. padahal mereka super besar, dan kerlipnya adalah api. yang membakar. Bintang mungkin jatuh ke bumi. dari serpihan yang jatuh itulah kita mengetahui, mereka datang dari jauh dan panas. Aku tak khawatir, meski kau pergi kau adalah seseorang yang di takdirkan Tuhan untukku. jadi, aku yakin kau pasti kembali. karena aku tak akan menyerah untuk terus menggenggammu.

Aku tak ingin menjadi seseorang yang mudah melepaskan sesuatu yang telah kumiliki. banyak sudah pengalaman di sekitar kita yang mengajarkan. bahwa perpisahan sering tak berakhir dengan kebaikan. kita punya akal, punya mata, kita punya telinga, kita punya rasa. banyak hal yang diberikan Tuhan untuk kita gunakan dalam mempertahankan hubungan kita. Tak jadi pasanganku pun kau tetaplah sahabatku. Aku akan melakukan apapun, untuk menjadikan mu pasanganku. kan ku gunakan anugerah tuhan yang ada untuk melakukan perubahan dalam hubugan kita. perubahan yang lebih baik tentunya. dengan merendahkan hati, ku biarkan semua ini agar hubungan kita tetap abadi. karena hanya kau yang membuat ku benar-benar jatuh cinta.

Jika hal sepele aku melepasmu, apalah arti diriku. Aku akan tetap terus berusaha, menggenggamu, memelukmu, merayumu. Apapun akan ku lakukan, karena aku tahu masih ada perasaan dihatimu untuk ku. tak akan ku sia-sia kan kenyataan itu. Tuhan tahu aku telah berusaha. dan layak mendapat kan balas. Aku ingin dirimu lah  balasan ku. :)


Saat ini aku mengerti, terkadang perasaan dapat mengubah seseorang. Dari yang tidak bisa menulis menjadi bisa menulis. Dari yang tak peduli menjadi sangat peduli. Bahkan dari yang belum mengenal puisi menjadi seorang penyair. Inilah yang aku tuliskan. Tanpa aku edit sedikit pun. Dari kamu, yang sebegitunya dalam menuangkan isi hati.

Kamis, 18 September 2014

Belum Datang Senja

Belum datang senja.

Aku duduk disudut ruang di salah satu rumah sakit swasta yang tak jauh dari rumahku.
Saat itu aku hanya bisa nikmati pemandangan yang menurutku tidak menyenangkan.
Aku selalu ingin bersama suamiku yang sedang lemah dan melawan penyakitnya. 
Aku tahu,suamiku adalah orang yang sangat kuat, bahkan disaat-saat seperti ini ia masih saja tidak banyak mengeluh. 

Aku mengusap kepalanya lalu matanya terbuka dan terus memandangiku seakan-akan ia sedih dan haru, bukan karena pilu dengan sakit yang dideritanya tiga bulan terakhir ini tetapi karena ia merasa takut aku lelah mengurusinya. Padahal sudah menjadi tanggung jawabku untuk melayani dan mengurusinya. Masih jelas ingatanku tentang percakapan, yang ah mungkin tak akan pernah aku lupa.

"Aku bukan khawatir karena penyakitku", katanya dengan suara yang pelan.

"Lalu kenapa?", jawabku.

"Aku khawatir kesehatan kamu, aku takut kamu lelah dan sakit mengurus aku di sini", katanya masih dengan suara yang pelan.

Keadaan hening dan mengharukan, aku tahu ia sangat menyangiku bahkan sampai ia lebih mengkhawatirkan aku daripada penyakitnya sendiri.

Dari bayang-bayang jendela di kamar rumat sakit jelas aku melihat keadaan belum gelap dan ia pun terlelap.
Selamat tidur untuk selamanya imam yang bijaksana.



"Kisah untuk papa yang begitu cinta pada mama"
"Masih terus mendoakan yang sebulan ini telah pergi"
Ï LOVE YOU , PAPA :-)