Nirmala

Rabu, 01 Mei 2013

Dari Seorang Gadis Jawa yang Sedang Jatuh Cinta



Kamu. Ya kamu yang sekarang lebih banyak memilih menyalurkan waktumu untuk merajut hari denganku. Bukan hal yang tak mungkin bila kamu jenuh, bahkan lelah dengan segala tingkahku. Kamu yang sering membuatku tak mampu merasakan cinta lagi selain dengan kamu.
Perkenalan ini begitu singkat, tapi memulai suatu denganmu tidak memiliki keraguan yang berlebihan. Hingga aku sadar kalau kamu memang mapan, mapan yang aku inginkan, mapan menurut definisiku. Keraguan itu nyaris jera terbesit lagi di hati dan fikiranku.
Kamu. Ya kamu yang sering mengorbankan banyak hal untuk aku yang bahkan belum sepenuhnya mengerti apa yang ada di relung jiwamu tentangku, yang bahkan sering menduakan cinta malaikat duniamu demi aku. Kerinduan tentang seseorang yang mampu menguasai jiwaku nyatanya belum aku butuhkan, tetapi entah ini anugerah atau keajaiban, sama sajalah menurutku. Hei, aku belum beranjak dari jiwa kesakitan akibat cinta masa lalu, keagunganmu mengalirkan berbagai spekulasi yang erat akan sebuah lantunan ceria yang akan aku jelang. Tapi sungguh aku tak mendudukkanmu seolah sebagai alat peralihan masa lalu, sungguh.
Derai bualan cinta nyatanya tak terlontar olehmu dalam setiap jamuan cengkeraman guyonan kita. Hati dan telinga ini begitu paham, sehingga tuntutan pun runtuh. Ya, runtuh. Seyogyanya, segala bijakmu, tindakan cinta akan perasaanmu, hangatnya gurauan matamu yang meruntuhkan emosi negatifku. Luapan imajinasi akan lautan bahagia keluarga masa depan akan aku lakonkan denganmu, dengan setting latar dan waktu yang tepat, tema yang luar biasa bahagia dunia akhirat, alur maju meski kadang kala perlu sedikit menoleh ke arah bayangan, dan ini akan menjadi cerita non fiksi kita, bukan hanya sekedar trilogi, tapi kontinulogi alunan cinta kita.
Dunia ini memang terlalu adil untuk insan seperti aku.



Diposkan oleh Ambaria_29 April 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar