Nirmala

Rabu, 15 Mei 2013

COBRA goes to Jogja







Pertengahan tahun 2012 sebelum sidang Tugas Akhir aku dan teman-teman se’angkatanku atau yang lebih akrab dipanggil coBRA (eh salah nulis maksudnya Cobra) ini sepakat untuk pergi ke Jogja . Berhubung ada salah satu teman aku yang memang wong Jowo jadi aku tidak khawatir membawa uang yang tidak begitu banyak untuk liburan yang terbilang lumayan jauh dari Rawa Panjang (sebut saja Bekasi) . Berburu tiket di Stasiun Tanah Abang , akhirnya aku dan Cobra menemukan langkah-langkah untuk membeli tiket (norak ya) , setelah KTP aku keluarkan akhirnya uang pun ikut keluar untuk harga tiket yang lumayan murah sekitar Rp 35.000/ Rp 37.000 *lupa (untuk mahasiswa seperti kami mungkin lumayan) . Jadi nama-nama yang ikut itu sebut saja Nirmala, Udin, Fariz, NaOH (bukan nama asli), Ambar, Saepi, Akbar, Ramad+Ayu . Beberapa hari kemudian Udin yang kebetulan anak daerah yang berasal dari Bumiayu mendadak urungkan niat ke Jogja perkara masalah finansial yang biasa dikeluhan untuk mahasiswa rantauan yang jauh dari orang tua . Aku dan Cobra membujuknya , ahhh ternyata tidak mempan , tapi setelah kami bilang bahwa tiket kereta nya sudah dipesan atas nama Udin jadi mau tidak mau Udin harus ikut . Dan jebakan itu pun berhasil *lalalalayeyeyeye.
Kumpul di kampus tercinta , dari Depok pun aku dan Cobra naik angkot ke Stasiun UI lantas menuju Stasiun Tanah Abang . Sampai di Stasiun Tanah Abang sudah terlihat dua sejoli (Ramad+Ayu) hhhaaha. Sholat Magrib lantas menuju kereta ekonomi yang sudah dinanti . Lepas dari perjalanan ini ada seseorang yang sangat bergetar hatinya, berdegung telinganya, juga resah di atas kereta yang melaju dengan cepat menuju Stasiun Klaten . Sampai di Stasiun Klaten itu pagi-pagi setelah beberapa jam di dalam kereta ditemani penjual asongan makanan, minuman, oleh-oleh, bahkan Akbar sempat tertidur . Ah tertidur hal yang biasa tapi yang berbeda kali ini ketika dia tertidur lantas ada banci di dalam kereta yang ngamen lalu menyubit bibirnya Akbar . hahaaaaa.
Oh ini Stasiun Klaten , pertama yang terlihat di sini yaitu kecil , tempatnya bersih dan tidak terlalu ramai . Tidak lama Pak’de nya Ambar menjemput aku dan Cobra dengan dua mobil yang berbeda . Melewati kota Klaten, jalan-jalannya bersih, rapih, walau kota ini tidak terlalu terlihat metropotilan seperti Mall Metropolitan Bekasi (salah fokus) . Akhirnya setelah sejam naik mobil aku dan Cobra sampai di rumah Ambar . Sejenak istirahat , makan, dan istirahat lagi sampai sore . Melepas lelah aku dan Cobra pun ingin jalan-jalan ke Gunung Jambu, yaa sebenarnya sih rumah Ambar ini di Gunung Jambunya tapi masih lumayan nanjaknya buat sampai ke Puncak nya (rada lebay biar dikira suka naik gunung) hha. Sungguh indah pemandangan yang disuguhkan Gunung Jambu ini, tak kalah indah dengan tatapan dan perhatiannya #eaa .  Selesai berfoto dengan gaya bermacam-macam aku dan Cobra menuju sumur untuk mandi dan sebagian dari kami ada yang menuju masjid untuk sholat asar . Turun menuju rumah Ambar (lagi) . Magrib dan kami beristirahat bersama sampai subuh .
Pagi Klaten .... yang aneh dari tempat ini yaitu airnya . Gunung tapi airnya rada sulit . Bahkan untuk mandi dibutuhkan keringat untuk nanjak dan dibutuhkan juga keberanian untuk mengusir anjing hutan (maaf rada kasar) . Rasa gerah akhirnya membuat aku dan Udin ingin mandi (ingat bukan mandi bareng loh) . Sampai di sumur aku dan Udin mandi bergantian . Untung Udin baik jadi aku tidak perlu susah payah menimba air untuk mandi . Selesai mandi aku dan Udin turun ke rumah Ambar . Pak’de nya Ambar menyiapkan mobil yang rada besar atau lebih dikenal dengan mobil Elf/Hlf atau Kol (bukan sayuran) untuk jalan-jalan ke Jogja . Perjalanan pagi ini dimulai dengan mengunjungi Pantai . Wah pastinya pantai ini belum pernah aku kunjungi dan Pantai itu adalah Pantai Parangtritis . Sepertinya tidak perlu panjang lebar, tinggi besar untuk menjelaskan tentang pantai ini . Karena pantai ini sudah lumayan terkenal dan juga sudah banyak orang yang tau . Sampai di Pantai Parangtritis ini aku dan Cobra menikmati ombak-ombak , pasir , langit yang cerah serta matahari yang terik. Berfoto dengan pose lari-lari kecil membuat penuh memeri di komputer (curhat)  . Selesai bermain dengan ombak aku yang sedang asik bercengkrama dengan Cobra akhirnya mendengar suara dering telpon genggamku dan ternyata itu telp dari orang rumah . berikut percakapannya .
“Assalamualaikum” , aku memulai pembicaraan .
“Waalaikumsalam”, suara mama ternyata membalas salam ku .
“Lagi dimana sekarang?” , mama mulai kepo
“Di Pantai Parangtritis” Aku mencoba menjawab pertanyaan yang mudah itu
“Oh Parangtritis.....(agak beberapa detik)... Kata papa jangan main-main di Pantai itu, ga usah main-main ombak juga, katanya serem ombaknya gede” , saran mama
“Yah telat, aku baru aja main-main sama ombak” , aku mulai tertawa sambil terus bicara
“Oh gituh yaudah hati-hati aja yaa..jangan lupa makan” , mama mulai melanjutkan pesan-pesan standarnya .
“iya mah” , aku bilang begitu biar aman
“yaudah kalo begitu , Assalamualaikum”, mama mulai mengakhiri pembicaraan .
“Waalaikumsalam”, aku membalas .

Dari percakapan tadi aku sebenarnya sangat senang, coba mama telponnya sebelum aku main-main sama ombak wah bisa jadi aku ga ikut main-main sama Cobra ke pantai . hahahaaaa.... Aku dan Cobra sholat dzuhur di mushollah di tepian pantai , berwudlu dengan air yang asin (nama nya juga pantai) hha . Selesai sholat aku dan Cobra pun menikmati es kelapa lalu makan siang . Aku dan Cobra lalu membayar makanan dan minuman eh ternyata itu sudah dibayarin semua sama Pak’de nya Ambar (aduhh jadi ga enak nih *spik padahal jadi enak banget) . Sore nya aku dan Cobra meninggalkan Pantai Parangtritis ini . Aku dan Cobra melanjutkan perjalanan ke Kota Jogja nya untuk mengunjungi sanak saudaranya Ayu (pacarnya Ramadd) , kedatangan aku dan Cobra disambut hangat dengan teh hangat, gudeg khas Jogja, makanan ringan (sebut saja momogi dan tango), dan masi banyak lagi . Selesai bercerita, beramah tamah aku dan Cobra menikmati makanan dan minuman serta ‘tak lupa numpang sholat . Sudah sore, lalu aku dan Cobra pamitan untuk berburu oleh-oleh ke Malioboro . Sampai di Malioboro langsung berburu oleh-oleh berhubung uang masih ada karena makan , penginapan , transportasi di tanggung Pak’denya Ambar yang baik hati maka aku tidak ambil banyak waktu untuk berpikir . Apa aja yang pengen aku beli yaaa aku beli . Kalo kata Ambar ngeliat aku kaya gitu kaya orang lagi kesurupan ngeliat diskon di Ramayan. Hha . Tidak lama di Malioboro aku dan Cobra terpisah . Jadi, sebagian pulang menuju rumah Ambar dan sebagian lagi tetap tinggal berjalan-jalan menikmati malam hari Kota Jogja lantas menginap di rumah saudaranya Ayu . Malam semakin malam . Malam berganti pagi . Dan aku harus menerima kenyataan untuk merapihkan barang-barang teman-teman yang tidak pulang ke rumah Ambar malam hari . Aku, Ambar, Akbar dan Udin bersiap menuju terminal Jogja sambil membawa banyak tas dengan bis sambil melihat pemandangan sekitar (Candi Prambanan misalnya) . Sampai lah di teriminal , ternyata harus menunggu sampai siang tiba untuk bis ke Jakarta . Aku dan Cobra naik bis Sumber Alam karena tidak dapat tiket kereta . Harga tiket untuk bis dari Jogja – Lebak Bulus sekitar Rp 65.000 . Akbar dan Ambar tidak pulang bersama naik Sumber Alam , tapi mereka berdua tetap tinggal di Jogja untuk beberapa hari . Akbar akan mengunjungi teman SMA nya sedangkan Ambar masih mau silaturahmi dengan saudaranya di Jogja dan sekitarnya . Perjalanan pulang terasa panjang tapi juga terasa menyenangkan , waktu itu aku duduk di sebelah orang terdekat ku (saat itu), berangkat sekitar pukul 14.30 . Di tempat makan akhirnya bis Sumber Alam berhenti , aku dan Cobra istirahat . Aku kebelet pipis , dan ternyata antrean di toilet belakang mushollah panjang . Menunggu beberapa menit , lantas Udin telpon aku . Katanya sudah ditunggu di Bis , Cuma aku aja yang belum naik ke Sumber Alam itu . Ahh tapi tanggung banget antrean tinggal satu orang masa langsung ke bis . Akhirnya aku pipis lantas buru-buru menuju bis Sumber Alam , wah benar saja di bis hanya menunggu aku . Lega rasanya tidak ditinggal bis ini . Lalu Udin bilang “Mal, lo ke toilet mana sih? Itu toilet kosong gitu kok ga ngatri”(dengan logat Jawa nya) , sambil menunjuk toilet yang kosong . Ah kali ini aku tidak cermat memilih toilet . Tapi sudah lah yang penting tidak ketinggalan bis . Melanjutkan perjalanan menuju Jakarta . Singkat cerita akhirnya aku dan Cobra tiba di Terminal Lebak Bulus sekitar pukul 06.00 pagi . Lalu melanjutkan perjalanan menuju Pasar Rebo dengan naik Kopaja . Sampai di Pasar Rebo aku dan NaOH naik bis ke Bekasi Barat , Fariz naik angkot ke Depok, dan Saepi naik angkot ke Cileungsi . Destinasi yang menyenangkan sebelum sidang tugas akhir . Sekian dan terimakasih banyak untuk Cobra .

Rabu, 08 Mei 2013

Analis Cilik



Perlahan hilang....




Bagaikan telur yang jika digenggam terlalu kuat akan pecah

Bagaikan pasir yang jika digenggam terlalu kencang akan hilang perlahan

Bagaikan krayon yang jika digenggam dengan keras akan mudah patah

Bagaikan biskuit yang jika digenggam dengan tenaga akan remuk

Bagaikan leher burung yang digenggam dengan paksaan akan sulit untuk bernafas

Bagaikan jarum pentul yang digenggam dengan tangan akan menyisakan darah dan luka

Rabu, 01 Mei 2013

Dari Seorang Gadis Jawa yang Sedang Jatuh Cinta



Kamu. Ya kamu yang sekarang lebih banyak memilih menyalurkan waktumu untuk merajut hari denganku. Bukan hal yang tak mungkin bila kamu jenuh, bahkan lelah dengan segala tingkahku. Kamu yang sering membuatku tak mampu merasakan cinta lagi selain dengan kamu.
Perkenalan ini begitu singkat, tapi memulai suatu denganmu tidak memiliki keraguan yang berlebihan. Hingga aku sadar kalau kamu memang mapan, mapan yang aku inginkan, mapan menurut definisiku. Keraguan itu nyaris jera terbesit lagi di hati dan fikiranku.
Kamu. Ya kamu yang sering mengorbankan banyak hal untuk aku yang bahkan belum sepenuhnya mengerti apa yang ada di relung jiwamu tentangku, yang bahkan sering menduakan cinta malaikat duniamu demi aku. Kerinduan tentang seseorang yang mampu menguasai jiwaku nyatanya belum aku butuhkan, tetapi entah ini anugerah atau keajaiban, sama sajalah menurutku. Hei, aku belum beranjak dari jiwa kesakitan akibat cinta masa lalu, keagunganmu mengalirkan berbagai spekulasi yang erat akan sebuah lantunan ceria yang akan aku jelang. Tapi sungguh aku tak mendudukkanmu seolah sebagai alat peralihan masa lalu, sungguh.
Derai bualan cinta nyatanya tak terlontar olehmu dalam setiap jamuan cengkeraman guyonan kita. Hati dan telinga ini begitu paham, sehingga tuntutan pun runtuh. Ya, runtuh. Seyogyanya, segala bijakmu, tindakan cinta akan perasaanmu, hangatnya gurauan matamu yang meruntuhkan emosi negatifku. Luapan imajinasi akan lautan bahagia keluarga masa depan akan aku lakonkan denganmu, dengan setting latar dan waktu yang tepat, tema yang luar biasa bahagia dunia akhirat, alur maju meski kadang kala perlu sedikit menoleh ke arah bayangan, dan ini akan menjadi cerita non fiksi kita, bukan hanya sekedar trilogi, tapi kontinulogi alunan cinta kita.
Dunia ini memang terlalu adil untuk insan seperti aku.



Diposkan oleh Ambaria_29 April 2013