Nirmala
Kamis, 30 Mei 2013
Rabu, 15 Mei 2013
COBRA goes to Jogja
Pertengahan
tahun 2012 sebelum sidang Tugas Akhir aku dan teman-teman se’angkatanku atau
yang lebih akrab dipanggil coBRA (eh salah nulis maksudnya Cobra) ini sepakat
untuk pergi ke Jogja . Berhubung ada salah satu teman aku yang memang wong Jowo
jadi aku tidak khawatir membawa uang yang tidak begitu banyak untuk liburan
yang terbilang lumayan jauh dari Rawa Panjang (sebut saja Bekasi) . Berburu
tiket di Stasiun Tanah Abang , akhirnya aku dan Cobra menemukan langkah-langkah
untuk membeli tiket (norak ya) , setelah KTP aku keluarkan akhirnya uang pun
ikut keluar untuk harga tiket yang lumayan murah sekitar Rp 35.000/ Rp 37.000 *lupa
(untuk mahasiswa seperti kami mungkin lumayan) . Jadi nama-nama yang ikut itu
sebut saja Nirmala, Udin, Fariz, NaOH (bukan nama asli), Ambar, Saepi, Akbar,
Ramad+Ayu . Beberapa hari kemudian Udin yang kebetulan anak daerah yang berasal
dari Bumiayu mendadak urungkan niat ke Jogja perkara masalah finansial yang
biasa dikeluhan untuk mahasiswa rantauan yang jauh dari orang tua . Aku dan Cobra
membujuknya , ahhh ternyata tidak mempan , tapi setelah kami bilang bahwa tiket
kereta nya sudah dipesan atas nama Udin jadi mau tidak mau Udin harus ikut .
Dan jebakan itu pun berhasil *lalalalayeyeyeye.
Kumpul
di kampus tercinta , dari Depok pun aku dan Cobra naik angkot ke Stasiun UI
lantas menuju Stasiun Tanah Abang . Sampai di Stasiun Tanah Abang sudah
terlihat dua sejoli (Ramad+Ayu) hhhaaha. Sholat Magrib lantas menuju kereta
ekonomi yang sudah dinanti . Lepas dari perjalanan ini ada seseorang yang
sangat bergetar hatinya, berdegung telinganya, juga resah di atas kereta yang
melaju dengan cepat menuju Stasiun Klaten . Sampai di Stasiun Klaten itu
pagi-pagi setelah beberapa jam di dalam kereta ditemani penjual asongan
makanan, minuman, oleh-oleh, bahkan Akbar sempat tertidur . Ah tertidur hal
yang biasa tapi yang berbeda kali ini ketika dia tertidur lantas ada banci di
dalam kereta yang ngamen lalu menyubit bibirnya Akbar . hahaaaaa.
Oh
ini Stasiun Klaten , pertama yang terlihat di sini yaitu kecil , tempatnya
bersih dan tidak terlalu ramai . Tidak lama Pak’de nya Ambar menjemput aku dan Cobra
dengan dua mobil yang berbeda . Melewati kota Klaten, jalan-jalannya bersih,
rapih, walau kota ini tidak terlalu terlihat metropotilan seperti Mall
Metropolitan Bekasi (salah fokus) . Akhirnya setelah sejam naik mobil aku dan Cobra
sampai di rumah Ambar . Sejenak istirahat , makan, dan istirahat lagi sampai
sore . Melepas lelah aku dan Cobra pun ingin jalan-jalan ke Gunung Jambu, yaa
sebenarnya sih rumah Ambar ini di Gunung Jambunya tapi masih lumayan nanjaknya
buat sampai ke Puncak nya (rada lebay biar dikira suka naik gunung) hha. Sungguh
indah pemandangan yang disuguhkan Gunung Jambu ini, tak kalah indah dengan
tatapan dan perhatiannya #eaa . Selesai
berfoto dengan gaya bermacam-macam aku dan Cobra menuju sumur untuk mandi dan
sebagian dari kami ada yang menuju masjid untuk sholat asar . Turun menuju rumah
Ambar (lagi) . Magrib dan kami beristirahat bersama sampai subuh .
Pagi
Klaten .... yang aneh dari tempat ini yaitu airnya . Gunung tapi airnya rada
sulit . Bahkan untuk mandi dibutuhkan keringat untuk nanjak dan dibutuhkan juga
keberanian untuk mengusir anjing hutan (maaf rada kasar) . Rasa gerah akhirnya
membuat aku dan Udin ingin mandi (ingat bukan mandi bareng loh) . Sampai di
sumur aku dan Udin mandi bergantian . Untung Udin baik jadi aku tidak perlu
susah payah menimba air untuk mandi . Selesai mandi aku dan Udin turun ke rumah
Ambar . Pak’de nya Ambar menyiapkan mobil yang rada besar atau lebih dikenal
dengan mobil Elf/Hlf atau Kol (bukan sayuran) untuk jalan-jalan ke Jogja .
Perjalanan pagi ini dimulai dengan mengunjungi Pantai . Wah pastinya pantai ini
belum pernah aku kunjungi dan Pantai itu adalah Pantai Parangtritis .
Sepertinya tidak perlu panjang lebar, tinggi besar untuk menjelaskan tentang
pantai ini . Karena pantai ini sudah lumayan terkenal dan juga sudah banyak
orang yang tau . Sampai di Pantai Parangtritis ini aku dan Cobra menikmati
ombak-ombak , pasir , langit yang cerah serta matahari yang terik. Berfoto
dengan pose lari-lari kecil membuat penuh memeri di komputer (curhat) . Selesai bermain dengan ombak aku yang
sedang asik bercengkrama dengan Cobra akhirnya mendengar suara dering telpon
genggamku dan ternyata itu telp dari orang rumah . berikut percakapannya .
“Assalamualaikum”
, aku memulai pembicaraan .
“Waalaikumsalam”,
suara mama ternyata membalas salam ku .
“Lagi
dimana sekarang?” , mama mulai kepo
“Di
Pantai Parangtritis” Aku mencoba menjawab pertanyaan yang mudah itu
“Oh
Parangtritis.....(agak beberapa detik)... Kata papa jangan main-main di Pantai
itu, ga usah main-main ombak juga, katanya serem ombaknya gede” , saran mama
“Yah
telat, aku baru aja main-main sama ombak” , aku mulai tertawa sambil terus
bicara
“Oh
gituh yaudah hati-hati aja yaa..jangan lupa makan” , mama mulai melanjutkan
pesan-pesan standarnya .
“iya
mah” , aku bilang begitu biar aman
“yaudah
kalo begitu , Assalamualaikum”, mama mulai mengakhiri pembicaraan .
“Waalaikumsalam”,
aku membalas .
Dari
percakapan tadi aku sebenarnya sangat senang, coba mama telponnya sebelum aku
main-main sama ombak wah bisa jadi aku ga ikut main-main sama Cobra ke pantai .
hahahaaaa.... Aku dan Cobra sholat dzuhur di mushollah di tepian pantai ,
berwudlu dengan air yang asin (nama nya juga pantai) hha . Selesai sholat aku
dan Cobra pun menikmati es kelapa lalu makan siang . Aku dan Cobra lalu
membayar makanan dan minuman eh ternyata itu sudah dibayarin semua sama Pak’de
nya Ambar (aduhh jadi ga enak nih *spik padahal jadi enak banget) . Sore nya
aku dan Cobra meninggalkan Pantai Parangtritis ini . Aku dan Cobra melanjutkan
perjalanan ke Kota Jogja nya untuk mengunjungi sanak saudaranya Ayu (pacarnya
Ramadd) , kedatangan aku dan Cobra disambut hangat dengan teh hangat, gudeg
khas Jogja, makanan ringan (sebut saja momogi dan tango), dan masi banyak lagi
. Selesai bercerita, beramah tamah aku dan Cobra menikmati makanan dan minuman
serta ‘tak lupa numpang sholat . Sudah sore, lalu aku dan Cobra pamitan untuk
berburu oleh-oleh ke Malioboro . Sampai di Malioboro langsung berburu oleh-oleh
berhubung uang masih ada karena makan , penginapan , transportasi di tanggung
Pak’denya Ambar yang baik hati maka aku tidak ambil banyak waktu untuk berpikir
. Apa aja yang pengen aku beli yaaa aku beli . Kalo kata Ambar ngeliat aku kaya
gitu kaya orang lagi kesurupan ngeliat diskon di Ramayan. Hha . Tidak lama di
Malioboro aku dan Cobra terpisah . Jadi, sebagian pulang menuju rumah Ambar dan
sebagian lagi tetap tinggal berjalan-jalan menikmati malam hari Kota Jogja
lantas menginap di rumah saudaranya Ayu . Malam semakin malam . Malam berganti
pagi . Dan aku harus menerima kenyataan untuk merapihkan barang-barang
teman-teman yang tidak pulang ke rumah Ambar malam hari . Aku, Ambar, Akbar dan
Udin bersiap menuju terminal Jogja sambil membawa banyak tas dengan bis sambil
melihat pemandangan sekitar (Candi Prambanan misalnya) . Sampai lah di
teriminal , ternyata harus menunggu sampai siang tiba untuk bis ke Jakarta .
Aku dan Cobra naik bis Sumber Alam karena tidak dapat tiket kereta . Harga
tiket untuk bis dari Jogja – Lebak Bulus sekitar Rp 65.000 . Akbar dan Ambar
tidak pulang bersama naik Sumber Alam , tapi mereka berdua tetap tinggal di
Jogja untuk beberapa hari . Akbar akan mengunjungi teman SMA nya sedangkan
Ambar masih mau silaturahmi dengan saudaranya di Jogja dan sekitarnya . Perjalanan
pulang terasa panjang tapi juga terasa menyenangkan , waktu itu aku duduk di
sebelah orang terdekat ku (saat itu), berangkat sekitar pukul 14.30 . Di tempat
makan akhirnya bis Sumber Alam berhenti , aku dan Cobra istirahat . Aku kebelet
pipis , dan ternyata antrean di toilet belakang mushollah panjang . Menunggu
beberapa menit , lantas Udin telpon aku . Katanya sudah ditunggu di Bis , Cuma
aku aja yang belum naik ke Sumber Alam itu . Ahh tapi tanggung banget antrean
tinggal satu orang masa langsung ke bis . Akhirnya aku pipis lantas buru-buru
menuju bis Sumber Alam , wah benar saja di bis hanya menunggu aku . Lega
rasanya tidak ditinggal bis ini . Lalu Udin bilang “Mal, lo ke toilet mana sih?
Itu toilet kosong gitu kok ga ngatri”(dengan logat Jawa nya) , sambil menunjuk
toilet yang kosong . Ah kali ini aku tidak cermat memilih toilet . Tapi sudah
lah yang penting tidak ketinggalan bis . Melanjutkan perjalanan menuju Jakarta
. Singkat cerita akhirnya aku dan Cobra tiba di Terminal Lebak Bulus sekitar
pukul 06.00 pagi . Lalu melanjutkan perjalanan menuju Pasar Rebo dengan naik
Kopaja . Sampai di Pasar Rebo aku dan NaOH naik bis ke Bekasi Barat , Fariz
naik angkot ke Depok, dan Saepi naik angkot ke Cileungsi . Destinasi yang
menyenangkan sebelum sidang tugas akhir . Sekian dan terimakasih banyak untuk
Cobra .
Rabu, 08 Mei 2013
Perlahan hilang....
Bagaikan
telur yang jika digenggam terlalu kuat akan pecah
Bagaikan
pasir yang jika digenggam terlalu kencang akan hilang perlahan
Bagaikan
krayon yang jika digenggam dengan keras akan mudah patah
Bagaikan
biskuit yang jika digenggam dengan tenaga akan remuk
Bagaikan
leher burung yang digenggam dengan paksaan akan sulit untuk bernafas
Bagaikan
jarum pentul yang digenggam dengan tangan akan menyisakan darah dan luka
Rabu, 01 Mei 2013
Dari Seorang Gadis Jawa yang Sedang Jatuh Cinta
Kamu. Ya kamu yang
sekarang lebih banyak memilih menyalurkan waktumu untuk merajut hari denganku.
Bukan hal yang tak mungkin bila kamu jenuh, bahkan lelah dengan segala
tingkahku. Kamu yang sering membuatku tak mampu merasakan cinta lagi selain
dengan kamu.
Perkenalan ini begitu
singkat, tapi memulai suatu denganmu tidak memiliki keraguan yang berlebihan.
Hingga aku sadar kalau kamu memang mapan, mapan yang aku inginkan, mapan
menurut definisiku. Keraguan itu nyaris jera terbesit lagi di hati dan fikiranku.
Kamu. Ya kamu yang
sering mengorbankan banyak hal untuk aku yang bahkan belum sepenuhnya mengerti
apa yang ada di relung jiwamu tentangku, yang bahkan sering menduakan cinta
malaikat duniamu demi aku. Kerinduan tentang seseorang yang mampu menguasai jiwaku
nyatanya belum aku butuhkan, tetapi entah ini anugerah atau keajaiban, sama
sajalah menurutku. Hei, aku belum beranjak dari jiwa kesakitan akibat cinta
masa lalu, keagunganmu mengalirkan berbagai spekulasi yang erat akan sebuah
lantunan ceria yang akan aku jelang. Tapi sungguh aku tak mendudukkanmu seolah
sebagai alat peralihan masa lalu, sungguh.
Derai bualan cinta
nyatanya tak terlontar olehmu dalam setiap jamuan cengkeraman guyonan kita.
Hati dan telinga ini begitu paham, sehingga tuntutan pun runtuh. Ya, runtuh.
Seyogyanya, segala bijakmu, tindakan cinta akan perasaanmu, hangatnya gurauan
matamu yang meruntuhkan emosi negatifku. Luapan imajinasi akan lautan bahagia
keluarga masa depan akan aku lakonkan denganmu, dengan setting latar dan waktu
yang tepat, tema yang luar biasa bahagia dunia akhirat, alur maju meski kadang
kala perlu sedikit menoleh ke arah bayangan, dan ini akan menjadi cerita non
fiksi kita, bukan hanya sekedar trilogi, tapi kontinulogi alunan cinta kita.
Dunia ini memang
terlalu adil untuk insan seperti aku.
Diposkan oleh Ambaria_29 April 2013
Langganan:
Komentar (Atom)






