Sekelompok monastik di Australia ingin mendirikan vihara baru. Mereka mendapat dana berupa uang dan bahan bangunan untuk vihara, tetapi mereka harus membangunnya sendiri. Mereka terpaksa belajar menjadi "kuli bangunan". Suatu hari beberapa orang umat datang ke lokasi vihara tersebut. Seorang monastik sedang membangun sebuah tembok dan di salah satu bagian tembok tersebut terdapat 2 bata yang tersusun miring dan terlihat sangat buruk. Monastik tersebut berkata, "Wah 2 bata itu terlihat buruk sekali." Umat yang datang ke vihara tersebut melihat 2 bata tersebut, namun kemudian menimpali, "Tidak apa-apa. Masih ada 98 batu bata yang tersusun dengan baik."
Apakah hal ini terdengar familiar? Kita sangat mudah mendeteksi, mengenali, menemukan "2 bata buruk". Ada fakta bahwa anda butuh memuji 15 detik hingga seseorang merasa dipuji, sedangkan hanya dibutuhkan 3 detik (atau kurang) bagi seseorang untuk merasa dicela, dihina, disindir. Anda boleh tes lho
Lalu bagaimana dengan "98 bata yang baik"? Sering kali mereka terlupakan, karena kita terlalu mudah terfokus pada "2 bata buruk."
Coba diingat-ingat kebaikan teman di samping Anda, ingat? Kalau keburukannya ingat?
Tetapi masalahnya tidak hanya di sana. Ingatan mengenai hal buruk ini juga lebih mudah diingat ketimbang hal-hal baik. Buktinya? Kalau anda belajar bahasa baru, akan sangat mudah mengingat kata-kata kasarnya ketimbang yang baik-baik, betul? Dan ketika seseorang menemukan sesuatu yang buruk, ingatan itu mudah disimpan menjadi sebuah persepsi. Kemudian persepsi ini pun menjadi prasangka (prejudice) di awal bahwa si A atau si B begini/begitu.
Kalau itu yang terjadi, bagaimana ada trust diantara kita?
Adalah penting bagi kita untuk mengenali karakter rekan kerja, teman, sahabat, orang tua, pacar, istri, anak, saudara atau bahkan hewan peliharaan kita. Tetapi yang lebih penting adalah bagi kita untuk selalu ingat bahwa semuanya selalu berubah. Perubahan adalah karakteristik alam semesta. Setiap detik sel-sel di tubuh kita ada yang mengalami kematian, ada yang membelah, ada yang berdiferensiasi.
Tumbuhan setiap saat sedang berbunga, berbuah atau rontok, semuanya merupakan suatu bentuk proses/perubahan.
Dengan memahami ini, dan berfokus pada kebaikan orang lain daripada keburukannya, kita bisa memiliki suatu keterbukaan terhadap orang lain. Kita mampu memberikan kesempatan kepada orang lain sekalipun mereka pernah berbuat salah.
Lagipula siapa yang tidak pernah berbuat salah? Dan dengan memberikan kesempatan itu, kita memunculkan suatu trust.
Oleh :
Sugiarto Xie Secondary/ETHICAL/PHARMA/KalbeFarma
Corporate Communications Division
PT Kalbe Farma Tbk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar