Bukan tentang rindu yang tak sengaja aku balut dengan pilu atau tentang kita yang sama-sama melankolis, sama-sama menganggap semua benda menjadi puitis.
Aku pastikan tulisan ini bukan tentang senja yang terlalu jingga yang saat itu tidak sempat kita nikmati bersama.
Stasiun.
Mungkin bagi sebagian orang ruang itu menjadi saksi bisu kebahagiaan atau kesedihan. Sebab selalu ada kata perpisahan setelah kata pertemuan.
Stasiun yang ternyata menghadirkan pelbagai peristiwa yang sekelebat bertungkus-lumus kepada pengunjungnya.
Rel, peron, gerbong, ruang tunggu, loket, KRL, bunyi bel yang khas seakan ingin membawa aku masuk silih berganti ke dalam ruang dan waktu serta suasana yang silih berganti dari bahagia, sedih, terharu, tersenyum dalam kesedihan atau sedih dalam senyuman.
Malam percaya bahwa kesedihan di tengah kepadatan bukan hanya tentang kesendirian. Ia berdua bersama luka yang memdalam.
Aku pastikan tulisan ini bukan tentang senja yang terlalu jingga yang saat itu tidak sempat kita nikmati bersama.
Stasiun.
Mungkin bagi sebagian orang ruang itu menjadi saksi bisu kebahagiaan atau kesedihan. Sebab selalu ada kata perpisahan setelah kata pertemuan.
Stasiun yang ternyata menghadirkan pelbagai peristiwa yang sekelebat bertungkus-lumus kepada pengunjungnya.
Rel, peron, gerbong, ruang tunggu, loket, KRL, bunyi bel yang khas seakan ingin membawa aku masuk silih berganti ke dalam ruang dan waktu serta suasana yang silih berganti dari bahagia, sedih, terharu, tersenyum dalam kesedihan atau sedih dalam senyuman.
Malam percaya bahwa kesedihan di tengah kepadatan bukan hanya tentang kesendirian. Ia berdua bersama luka yang memdalam.